A. Unsur Unsur Utama
B. Mengkoordinasikan Unsur Unsur Lansekap
C Faktor Faktor yang Mempengaruhi Rancangan
Delapan puluh tujuh persen persepsi kita didasarkan atas perasaan. Apa yang kita rasakan adalah kombinasi dari massa dan ruang. Merancang pada hakikatnya adalah mengkomposisikan ruang dan massa.¬Ruang itu sendiri tak mempunyai batas, kecuali jika kita menempatkan massa pembatas (komponen ruang) untuk melingkupnya. Imanuel Kant (baca Edward Paul, 1972: The Encydopedia of Philosophy, vol. 3 dan 4 Mac Millian Publishing hlm. 308) berpendapat bahwa: ... Ruang bukanlah sesuatu yang objektif sebagai hasil pemikiran dan perasaan manusia .... Sedangkan filsuf Plato berpendapat bahwa: ..Ruang adalah suatu kerangka atau wadah di mana objek dan kejadian tertentu berada.
Ada dua jenis ruang, yaitu ruang terbuka dan ruang tertutup.
Sensasi ruang yang terbuka adalah kegembiraan, perasaan mendapatkan visual (pandangan) yang luas. Ruang yang tertutup menggambarkan suatu perasaan terisolir, terasing, atau terlindung.
Massa adalah objek yang berhubungan dengan rancangan. Seorang perancang yang andal dapat mengkoordinasikan penggunaan massa dan ruang untuk menciptakan suatu pengalaman secara visual yang menyenangkan.
Gambar 3. 1
Material lansekap mencerminkan daerah pinggiran kota
Gambar 3. 2
Suatu ruang akan eksis ketika ruang tersebut semakin kecil dengan komponen pembentuk ruang
yang tinggi .... dikutip dari Nan Fairbrother
A. UNSUR UNSUR UTAMA
Gambar 3. 3
Garis
Gambar 3. 4
Warna
Gambar 3. 5
Bentuk
Gambar 3. 6
Tekstur
1. Garis
Garis adalah dua titik yang sating berhubungan atau sengaja dihubungkan. Garis dapat menjadi sebuah bentuk, bila hubungan antara dua titik atau lebih dilakukan secara berturut-turut. Garis dapat berbentuk bebas atau alami. Hal ini dapat dilihat dari silhoute sebuah pemandangan. Sebagai contoh, silhoute puncak gunung, pinggiran sungai, kaki langit (skyline) di daerah pegunungan atau batang pohon membentuk garis yang alami.
Garis buatan dalam pemandangan lansekap antara lain jalan jalan, pagar, jembatan, dan struktur/konstruksi. Garis lurus jarang terjadi pada pemandangan yang alamiah. Garis yang panjang dan lurus cenderung untuk mengatur arah visual.
Gambar
Garis membantu mengarahkan pandangan visual mata kita
Gambar 3. 9
Garis membantu mengarahkan pandangan visual mata kita
2. Bentuk
Bentuk selalu berhubungan dengan Batas dari massa. Bentuk adalah sebuah massa tiga dimensi yang dibatasi oleh bidang datar, bidang dinding, dan bidang pengatap. Bentuk sebuah benda dapat berupa benda padat, benda berongga, atau biasa disebut mempunyai ruang. Bentuk sebuah benda dapat dibedakan dalam kategori bentuk alami dan bentuk binaan (buatan manusia).
Bentuk secara alami, misalkan pegunungan, pohon, batu besar, atau koral. Bentuk binaan buatan manusia antara lain bangunan, kereta api, mobil, struktur, atau lainnya.
Mempersatukan massa dapat menciptakan bentuk baru ketika dipandang dari jauh, seperti beberapa tanaman perdu akan membentuk suatu pohon besar atau kumpulan bangunan akan membentuk cityscape.
Gambar 3. 11a
Campuran bentuk alami dan bentuk buatan
Gambar 3. 11b
Campuran bentuk alami dan bentuk buatan
3. Warna
Abad XVIII sarjana Inggris bernama Newton, mengemukakan dasar teori warna yang tak lain adalah gelombang cahaya. la menuliskan bahwa bila seberkas gelombang cahaya matahari melalui sebuah prisma, akan terurai hingga terjadi spektrum warna yang masing masing ,nempunyai kekuatan gelombang menuju ke mata kita, sehingga kita dapat melihat warna tersebut. Spektrum cahaya itu sendiri terdiri dari warna pelangi yang kita kenal, yaitu merah, ,vngga (oranye), kuning, hijau, biru, nila (indigo), dan ungu (violet) yang berurutan sehingga rnembentuk lingkaran warna. Warna warna itu disebut wama dasar, di samping wama putih dan hitam. Jika diperhatikan lebih teliti lagi, maka terdapat sinar yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia, yaitu sinar inframerah dan ultraviolet.
Warna adalah uraian cahaya yang terpisah ke dalam unsur unsur visual. Ketika seseorang melihat suatu warna, maka memori mata akan bereaksi untuk merekam dan mengidentifikasi objek. Masing masing warna mempunyai reaksi dan rekaman memori yang berbeda beda. Krta diajar untuk mengidentifikasi reaksi terhadap objek yang berwarna merah, kuning, biru, Ihijau, dan warna hitam/putih tidak termasuk kategori warna.
Warna yang bersifat alami adalah hijau, biru, dan cokelat. Para produsen pembuat warna menghasilkan berbagai jenis produk warna yang semakin luas dan variatif untuk menghasilkan suatu sensasi yang kuat. Kombinasi warna yang balk dan harmonis akan menghasilkan suatu efek visual yang menarik. Sebaliknya, kombinasi atau campuran warna yang tidak harmonis rnenyebabkan objek menjadi tidak menarik dan merusak visual pandangan. Warna dapat dirnainkan dengan intensitas tertentu, menjadi gelap atau terang yang dapat mempengaruhi perasaan visual. Secara umum, kombinasi warna terang atau keras menghasilkan efek dramatis, sedangkan warna agak gelap atau lembut akan menghasilkan efek rasa tenang.
Gambar 3. 14
Warna alami di alam
Warna dalam kaitannya dengan suatu karya rancangan adalah sebagai salah satu elemen yang dapat mengekspresikan suatu objek di samping bentuk, bahan, tekstur, dan garis. Warna dapat memberikan kesan yang diinginkan oleh si perancang dan mempunyai efek psikologis. Sebagai contoh adalah pemilihan suatu warna yang memberi kesan ruang menjadi lugs atau sempit, sejuk atau hangatnya ruangan, berat atau ringannya suatu benda, dan sebagainya. Arsitektur Lansekap dengan ruang lingkupnya mengatur ruang dan massa di alam terbuka, warna memegang peran penting. Hal itu dikarenakan dalam pengaturan ruang selalu berkaitan dengan penggunaan bahan material alami (tanaman, batu batuan), bahan buatan manusia, serta detail detailnya. Dalam pemilihan dan mengkomposisikan warna dari massa massa tersebut harus tepat dan berdasarkan teori serta prinsip prinsip warna. Dengan demikian, akan tercapai hasil karya yang mempunyai kesan menyatu dengan alam serta mempunyai efek visual yang menarik.
Sebagai contoh, sebuah bangunan berwarna dominan putih netral dan dikelilingi taman bunga dengan lapangan rumput yang lugs. Pada pagi hari bangunan tersebut akan memantulkan cahaya matahari pada rumput yang masih berembun. Kesan yang timbul adalah kesan kehijauan yang dingin. Bila senja hari matahari memancarkan sinar kemerah merahan yang kemudian dipantulkan oleh bangunan tersebut ke arah rumput, sehingga rumput menjadi berwarna kemerah merahan dan memberikan kesan kehangatan senja hari. Dari contoh tadi dapat ditarik suatu arti bahwa dalam mengekspresikan dan memadukan suatu objek, diperlukan pengetahuan tentang teori dan prinsip prinsip warna sehingga menunjang sistem perancangan yang lengkap.
Di bawah ini diperlihatkan contoh sebuah matriks warna dalam hubungannya dengan ekspresi yang ditimbulkan.
Warna Persepsi Waktu Ukuran Berat Volume
Hangat Waktu melebihi perkiraan. Benda kelihatan lebih Terlihat lebih Ukuran yang
Warna hangat lebih menye- panjang dan lebih berat tampak lebih
nangkan untuk area rekreasi besar kecil
Dingin Waktu di bawah perkiraan Benda kelihatan lebih Terlihat lebih Ukuran ruang
Penggunaan warna dingin pendek dan lebih ringan tampak lebih luas
untuk area kegiatan yang kecil
rutin atau monoton
4. Tekstur
Tekstur adalah kumpulan titik titik kasar atau halus yang beraturan atau tidak beraturan pads suatu permukaan massa dan dapat pula diartikan sebagai kasar halusnya permukaan sebuah bends. Titik titik itu dapat berbeda dalam ukuran, warna, bentuk, sifat, dan karakternya secerti ukuran besar kecilnya, gelap terangnya, bentuk bulat persegi, atau tak beraturan sama sekali. sangat kasar, kasar, halus, atau sangat halus. Suatu tekstur yang susunannya agak teratur atau teratur disebut dengan corak atau pattern.
Tekstur permukaan sebuah massa atau benda dapat ditonjolkan sehingga menimbulkan bayang bayang pada permukaan benda yang menghasilkan suatu efek tiga dimensi yang menarik. Pemanfaatan perbedaan tekstur pada rancangan menghasilkan kesan visual yang sargat menyenangkan.
Corak tekstur secara alami sangat beragam bentuknya dan dapat dikelompokkan ke dalam teKstur yang sangat halus, tekstur halus, dan tekstur yang kasar. Faktor jarak (distance) mengubah persepsi kita terhadap tekstur suatu benda. Bila orang memandang sebuah benda bertekstur sangat halus dari jarak tertentu, maka benda tersebut akan terlihat seperti sebuah benda polos dan rata. Benda yang bertekstur kasar secara visual dapat dibedakan dari jarak yang lebih jauh.
Gambar 3. 19
Tekstur yang lembut dari kelompok pepohonan
B. MENGKOORDINASIKAN UNSUR UNSUR LANSEKAP
1. Kontras (Contrast)
2. Urutan (Sequence)
3. Poros (Axis)
4. Dominan (Dominance)
Persepsi visual dapat terjadi dari empat susunan unsur unsur, yaitu kontras (contrast), urutan (sequence), poros (axis), dan dominan (dominance). Susunan unsur unsur tersebut dapat berdiri sendiri atau merupakan kombinasi beberapa susunan unsur dan akan menghasilkan bermacam macam efek visual.
1. Kontras (Contrast)
Kontras adalah suatu perbedaan yang pads umumnya berhubungan dengan intensitas warna. Derajat tingkat kontras adalah jumlah perbedaan intensitas warns antara dua atau lebih objek, perrmukaan objek, atau unit yang dibandingkan. Materi yang memperlihatkan perbedaan kontras, dapat diperhatikan dari masing masing objek ketika dipandang dari jarak yang jauh.
2. Urutan (Sequence)
Urutan adalah perubahan bentuk dan pengalaman visual yang terjadi pada saat pergerakan atau perubahan. Urutan visual adalah satu serial atau rangkaian pandangan mata yang mengarahkan atau memperlihatkan sebuah objek visual secara spesifik. Satu baris pohon menjadi suatu urutan visual pandangan ketika mata melihat satu pohon ke pohon lainnya. Para perancang menggunakan prinsip tersebut untuk menciptakan suatu pengalaman visual yang menghubungkan satu fokus peristiwa ke peristiwa lainnya yang diinginkan. Suatu urutan yang logis tanpa disadari dapat membuat kegembiraan, suatu antisipasi dari satu atau beberapa peristiwa. Rancangan yang menyertakan urutan akan menciptakan suatu pengalaman yang menyenangkan untuk suatu peristiwa pergerakan sehingga menghindari kebosanan.
Gambar 3. 22
Kesan visual dari suatu objek atau ruang, dikondisikan oleh ruang atau objek itu sendiri. Kita mengalami atau kita mengantisipasinya .... Kita merancang, satu pengalaman visual tak dapat berdiri_sendiri, tetapi suatu urutan dan memberikan dampak yang menyenangkan dan Baling berinteraksi ....
John O. Simonds
Gambar3. 23
Pengalaman, kita dapat melihat, yang kita sudah rasa, yang sedang kita rasakan, dan yang kita
harapkan untuk merasa .... John O. Simonds
Gambar 3. 24
Suatu urutan visual yang tercipta di taman hutan
3. Poros (Axis)
Poros adalah suatu garis maya atau nyata yang membagi dua bagian suatu pandangan. Poros memusatkan perhatian kits pada objek yang jauh di ujung akhir poros. Hampir semua poros membagi suatu pandangan dalam kaitannya dengan keseimbangan. Di dalam lingkungan alamiah, poros sering dijumpai, tetapi jarang memberikan kesan simetris.
Bentuk yang simetris mencerminkan suatu garis poros sumbu yang membagi kondisi menjadi seimbang. Sedangkan bentuk yang tidak simetris dapat dikatakan seimbang dengan mengatur, penempatan, dan besaran bentuk oleh suatu poros. Untuk merasakan adanya poros, maka mata diarahkan ke depan, ke arah pusat pandangan. Sepanjang jalan yang lurus, pada posisi datar, pengendara motor akan merasakan bentuk poros visual yang menuju arah depan.
Suatu poros yang simetris dapat dikatakan monoton/membosankan, karena semua komponen adalah sama. Sedangkan poros yang tidak simetris menghilangkan sifat membosankan, terutama sekali bagi pengguna.
Ketika satu gerakan melewati pengaturan yang tidak seimbang, maka hubungan antara kedua sisi yang berbeda dari poros, secara konstan akan mengganggu perasaan dan keseimbangan visual kits. Prinsip dari sebuah poros adalah dapat digunakan oleh arsitek lansekap untuk menciptakan efek keseimbangan visual yang kuat baik secara simetris ataupun tidak simetris.
Gambar 3. 27
Tidak semetris (Asymmetrical)
Gambar 3. 28
Seimbang dan simetri
4. Dominansi (Dominance)
Dominan dapat diartikan sebagai upaya untuk menonjolkan salah satu unsur agar lebih tampak terlihat dalam komposisi susunan elemen lansekap. Unsur unsur lansekap lainnya yang tidak menonjol berfungsi sebagai penghubung atau pengikat kesatuan. Penekanan ditimbulkan oleh dominannya salah satu komponen unsur sehingga menimbulkan kontras terhadap elemen lainnya. Penekanan dalam suatu bentuk akan menarik perhatian kita. Penekanan dapat diciptakan melalui ukuran, bentuknya sendiri, tata letaknya, juga unsurunsur lain seperti garis, warna, bentuk, tekstur, dan ruang.
Dalam suatu susunan/komposisi penekanan dapat dipergunakan sebagai titik pusat perhatian dan sebagai titik tolak tuntunan mata kita dalam melihat wujud dari elemen tersebut. Dengan titik tolak itu kita dapat mengikuti ritme yang diciptakan. Melalui penekanan kita dapat mengarahkan mata kita untuk melihat pusat perhatian yang diinginkan.
Bila kita menekankan suatu unsur atau elemen dalam suatu komposisi maka perlu diperhatikan bahwa komponen atau elemen unsur lainnya harus menjadi unsur penunjang daripada elemen yang diutamakan. Ini untuk menghasilkan suatu rancangan yang baik dan terpenuhi nilai keteraturannya.
Jadi, bila kita ingin mengutamakan penonjolan suatu elemen, maka unsur warna dan tekstur harus menjadi unsur penunjang dari elemen tersebut. Demikian pula dari segi tata letaknya arus ditunjang oleh bentuk bentuk lainnya yang memberikan arah menuju bentuk utama. Dominan mengacu pada perbandingan antara objek yang bersebelahan dalam kaitan cengan visual. Pemandangan yang dominan akan lebih menarik dari yang lain dalam hubungannya dengan aspek visual. Suatu pandangan boleh berisi lebih dari satu pemandangan yang dominan. Dua objek dari sama visual disebut codominant. Banyak pemandangan yang dominan cenderung untuk mengacaukan. Pandangan mata ditarik dari satu ke lain lokasi tanpa ada kesempatan untuk memusatkan perhatian pada unsur yang utama.
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RANCANGAN
1. Skala (scale)
2. Proporsi (proportion)
3. Jarak (distance)
d. Posisi Sudut Pandangan (observer position)
5. Kondisi Cuaca (atmospheric condition)
6. Cahaya (light)
7. Musim (seasons)
8. Gerakan (motion)
Faktor faktor yang mempengaruhi rancangan adalah skala, proporsi, jarak, posisi sudut fandang, kondisi cuaca, cahaya, musim, dan gerakan menjadi pertimbangan penting bagi erancang dalam merumuskan rancangannya.
1. Skala (Scale)
Skala adalah perbandingan antara dua atau lebih objek dengan ukuran yang nyata. Skala sering dianggap sebagai hubungan antara ukuran tinggi manusia dan objek yang lain. Ukuran tinggi manusia adalah tetap dengan rata rata ukuran tinggi berkisar 1,60 m 1,80 m. Patung Panglima Sudirman di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, bila dilihat dari jarak tertentu sulit untuk diperkirakan berapa tinggi patung tersebut. Namun, bila di samping patung tersebut berdiri seseorang, maka barulah kita dapat memperkirakan ketinggiannya dengan pemikiran bahwa bnggi orang tersebut 1,60 meter. Jadi, jelas bahwa skala akan bermanfaat bila ada ukuran manusia sebagai perbandingannya.
Gambar 3. 32
Skala monumental dari sebuah struktur bangunan
Gambar 3. 33
Skala ruang alami
Gambar 3. 34
Skala intim yang berhubungan dengan aktivitas manusia
Ada beberapa macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yaitu sebagai berikut.
a) Skala Ruang Intim
Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi manusia yang berada di dalamnya. Pengertian kecil bukan berarti dikecilkan hingga menjadi kerdil. Pada ruang intim hampir seluruh detail elemen perkerasan atau tanaman akan terlihat jelas. Bentuk, tekstur, warna, dan aroma perlu menjadi pertimbangan perancangan cta am menerapkan skala ruang kecil.
Gambar 3.35a
Ruang dalam skala intim, detail rancangan menjadi perhatian utama
b) Skala Ruang Monumental
Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu objek yang mempunyai nilai tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut. Manusia akan terangkat perasaan spiritualnya clan terkesan pada keagungan yang dirasakannya.
Tugu Monumen Nasional merupakan suatu contoh yang jelas pada penggunaan skala monumental.
c) Skala Ruang Kota
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta lingkungan manusianya, sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
Plaza kota merupakan contoh yang jelas. Ukuran luas plaza sebaiknya minimum sama dengan bangunan utama dari plaza tersebut, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali bangunan utama. Plaza yang besar clan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi tidak sesuai skalanya, demikian pula halnya bila sebuah objek menara tinggi di antara rumah rumah kecil.
Gambar 3.35a
Plaza dengan skala perkotaan
d) Skala Ruang Menakutkan
Pada skala itu objek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas skala ukuran manusia. Hal itu akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi dengan jarak antarbangunan yang berdekatan.
Gambar 3.35c
Hubungan antara jarak, tinggi, dan ruang yang terbentuk
Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangannya menjadi 1°.
Mirten dalam tulisannya Skala in Civic Design, menyatakan bahwa bila orang melihat lurus depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40°.
Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut pandangannya 27°, atau dalam perbandingan jarak bangunan (distance) dibagi dengan tinggi bangunan (house) sama dengan 2.
Menurut Yoshinobu Ashiara dalam buku Open Spaces menuliskan tentang perbandingan antara jarak antarbangunan (D) dan tinggi bangunan (H) sebagai berikut.
D/H = 1 ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya
D/H < 1 ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa tertekan
D/H > 1 ruang terasa agak besar
D/H > 1/2 pengaruh ruang tidak akan terasa
Sedangkan menurut Paul D. Spriegen, perbandingan antara tempat seseorang berdiri (D) dengan objek tinggi bangunannya (H), bila:
Rumus Keterangan
D/H = 1 cenderung memperhatikan detail daripada keseluruhan bangunan
D/H = 2 cenderung untuk melihat bangunan sebagai sebuah komponen keseluruhan bersama dengan detailnya
D/H = 3 bangunan terlihat dalam hubungan dengan lingkungannya
D/H = 4 bangunan dilihat sebagai pembatas ke depan saja
Gambar 3.35d
Hubungan antara ukuran tinggi dan jarak antara ruang yang terbentuk
2. Proporsi (Proportion)
Proporsi adalah hubungan antara suatu objek tunggal atau susunan komposisi, yang menyangkut perbandingan antara tinggi dan lebarnya atau ukuran salah satu bagian dari bagian keseluruhan.
Gambar 3.36a
Tidak proposional
Gambar 3.36b
Tidak proposional
Gambar 3.36c
Tidak proposional
Dua atau beberapa objek yang sebanding satu dengan lainnya akan memperlihatkan kesan visual yang seimbang.
Orang telah belajar proporsi ukuran selama berabad abad, clan perbandingan matematik telah diperoleh dari ukuran yang ada secara alami.
Gambar 3.36c
Tidak simetris dan tidak proporsional antara bentuk vertikal dan horizontal
Perbandingan tersebut, ketika diterapkan dalam rancangan akan menciptakan suatu visual yang memuaskan dan komposisi seimbang. Sebagai contoh, empat persegi panjang yang ideal ^iempunyai suatu perbandingan 3 : 5 pada sisi sisinya. Banyak teori teori lain tentang ukuran proporsi yang telah dikembangkan. Teori tersebut sangat berguna dan bermanfaat bagi perancang dalam menciptakan estetika visual dalam setiap karya rancangannya.
Salah satu teori dari proporsional dikenal Golden Section yang dikembangkan oleh Vitruvius, Aiberti, Paladin, Leonardo Da Vinci, dan Michael Angelo. Teori itu bertujuan mencari dasardasar ukuran ukuran (garis, bidang, bentuk, dan ruang) dalam kaftan persepsi visual manusia terhadap keindahan yang dapat diterapkan dalam merancang fisik lingkungan.
3. Jarak(Distance)
Jarak mempengaruhi persepsi kita terhadap detail, wama, tekstur, dan skala. Objek dengan jarak yang sangat dekat, maka seluruh detail detail, warna, tekstur, dan skala akan terlihat jelas dan nyata. Pada jarak yang lebih jauh, detail menjadi hilang dan kita hanya dapat melihat variasi warna atau perbedaan tekstur untuk membedakan satu objek dari lainnya.
Ketika kita melihat sampai batas jarak pandang, maka hanya objek yang sangat berbeda dan kontras akan terlihat. Sukar untuk menentukan ukuran dari objek yang jauh, kecuali jika kita mempunyai sesuatu perbandingan, misalkan orang/manusia, pohon, atau bentuk bentuk umum yang kita ketahui ukurannya.
Prinsip dasar itu penting bagi perancang. Jika objek rancangan kita akan dilihat dari jarak yang jauh maka kita harus berani menampilkan tekstur yang kuat dan kasar dengan warna yang mencolok dan berbeda terhadap lingkungan, serta bentuk yang unik.
Gambar 3.37
Efek dari jarak terhadap detail visual
4. Posisi Sudut Pandang (Observer Position)
Posisi sudut pandang menentukan berapa banyak suatu objek visual dapat dilihat pada suatu waktu tertentu. Posisi yang paling baik adalah jika kita melihat dari sebelah atas; pada posisi itu mata dapat melihat keseluruhan objek visual dengan sudut pandang yang lebih luas.
Kebanyakan objek visual secara detail dapat dilihat pada posisi sudut pandang mata kita sejajar atau setinggi objek tersebut.
Objek visual akan menjadi dominan clan akan lebih sedikit terlihat bila berada di atas posisi sudut pandang kita. Hal tersebut menyebabkan kita harus lebih berkonsentrasi untuk menentukan bentuk clan ukuran dari objek tersebut.
Gambar 3.38
Sudut pandang visual dari atas objek
Gambar 3.39
Sudut pandang visual setinggi/sejajar mata
Gambar 3.40
Sudut pandang visual dari bawah objek
5. Kondisi Cuaca (Atmospheric Conditions)
Kondisi cuaca dapat meningkatkan atau mengurangi jarak penglihatan serta mempengaruhi persepsi terhadap objek visual. Cuaca yang cerah dan terang memaksimalkan variasi warna untuk membantu kita dalam membedakan objek lansekap visual. Cuaca yang berawan cenderung untuk mengurangi warna kontras dari objek dan sedikit lebih gelap. Hujan, kabut, asap, juga mengurangi jarak penglihatan kita dan warna menjadi buram walaupun dari jarak dekat. Ketika memilih warna untuk suatu rancangan, pertimbangan kondisi cuaca harus pula diperhatikan.
Gambar 3.41
Cuaca cerah dan terang meningkatkan jarak penglihatan terhadap objek visual
Gambar 3.42
Kabut atau asap membuat jarak penglihatan berkurang terhadap objek visual
6. Cahaya (Light)
Suasana gelap dan terang dihasilkan karena adanya sumber energi cahaya yang mengarah ke mata manusia. Sumber cahaya yang menuju ke arah mata ditangkap oleh lensa mata dan diteruskan ke otak melalui saraf indra mata. Oleh otak, cahaya tersebut diteruskan ke saraf lainnya hingga menimbulkan perasaan yang bermacam macam. Secara alamiah sumber cahaya adalah matahari, bulan dan bintang, serta beberapa spesies makhluk hidup (kunang kunang).
Permainan cahaya adalah suatu bagian yang penting dalam membentuk persepsi kita terhadap objek. Cahaya yang terang membantu kita dalam memantulkan warna dan penglihatan. Arah sumber cahaya yang menuju objek menentukan apa yang kita lihat. Objek yang tersinari dengan terang mencerminkan kebanyakan cahaya: karenanya, warna menjadi jelas dan nyata. Objek yang tersinari akan tampak dalam dua dimensi atau seperti bidang rata, hal itu disebabkan adanya cahaya. Sisi objek yang tersinari bermanfaat untuk menciptakan bayang bayang dan tekstur akan terlihat lebih nyata.
Gambar 3.43
Pencahayaan membentuk bayang bayang tiga dimensi
Gambar 3.44
Pencahayaan dari arah depan, membuat wama menjadi terang dan jelas, dua dimensi
Fungsi cahaya penerangan di malam hari dalam arsitektur lansekap sebagai berikut.
a. Penerangan cahaya untuk ruang tempat kegiatan (parkir, plaza, pedestrian).
b. Penerangan cahaya untuk sirkulasi.
c. Penerangan cahaya untuk tanamanlpepohonan.
d. Penerangan cahaya untuk perabot lansekap (landscape furniture).
e. Penerangan cahaya untuk kolamlair mancur.
f. Penerangan cahaya bagi benda seni (patung, ornamen lansekap).
Dampak Suasana Gelap Bagi Manusia
a. Rasa takut
b. Rasa tidak jelas
c. Rasa menyeramkan
a. Rasa Takut
Pernahkah kita merasakan padamnya lampu ruangan? Suasana menjadi gelap gulita dan kita rnempunyai perasaan takut/cemas. Tidak semua suasana gelap dapat menimbulkan rasa ketakutan. Ketakutan pada suasana gelap lebih banyak disebabkan adanya faktor pengalaman dan kebiasaan. Di daerah yang terbatas sumber cahaya penerangan, suasana gelap atau temaram menjadi hal yang biasa.
Perasaan takut timbul karena faktor pengalaman yang dialami manusia. Misalkan sejak kecil kita diberikan gambaran bahwa suasana gelap identik dengan rumah hantu. Akibatnya bila kita berada pada suasana tersebut akan terbayangkan rumah hantu yang menakutkan. Apalagi bila suasana gelap terdapat di luar ruang (ruang terbuka) dengan skala ruang yang besar, menyebabkan timbulnya pemikiran negatif terhadap sebuah benda. Namun pada umumnya suasana gelap kurang memberikan suasana nyaman. Bila kita baru pertama kali memasuki suatu gua yang gelap, kita mempunyai rasa takut/tegang. Namun, bila gua tersebut telah berulang kali kita singgahi, maka perasaan takut akan menghilang. Hal itu disebabkan karena kita telah terbiasa.
b. Rasa Tidak Jelas
Suasana gelap gulita membuat semua benda tidak mempunyai sinar pantulan untuk ditangkap oleh lensa mata. Hingga benda tersebut tidak terlihat clan menjadi tidak jelas bentuknya.
c. Rasa Menyeramkan
Perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat terjadi karena suasana gelap serta skala ruang yang luas clan langit langit yang tinggi. Pernahkah kita mengunjungi tempat pemakaman Ikuburan) di malam harii? Dalam suasana yang sepi, sinar penerangan yang terbatas, skala ruang yang terbuka dengan langit yang terbentang luas clan bentuk nisan, tentunya akan renimbulkan rasa seram. Atau bila kita berada pada suatu bangunan berskala besar denganCahaya penerangan yang terbatas, kadangkala kita mempunyai persepsi menyeramkan pada vangunan tersebut. Jadi, perasaan menyeramkan terhadap ruang dapat ditimbulkan oleh factor skala clan cahaya penerangan di samping faktor bentuk, warna, serta teksturnya.
Di dalam perancangan arsitektur lansekap, suasana gelap clan terang dapat menghasilkan suatu nilai visual clan kesan yang menarik terhadap objek. Tata letak sumber cahaya terhadap ::ojek benda atau elemen lansekap menyebabkan terjadinya bayang bayang yang menimbulkan angsangan beraneka ragam.
Untuk mendapatkan cahaya terang, peletakan sumber cahaya dapat dibagi menjadi 3 (tiga) t;agian berikut.
1. Sumber cahaya di atas mata manusia.
a. Sumber cahaya setinggi mata manusia.
b. Sumber cahaya di bawah mata manusia.
Dilihat dari segi arah sumber cahaya, dapat pula dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian:
1. Arah cahaya tegak lurus ke bawah
2. Arah cahaya tegak lurus ke Atas
3. Arah cahaya tegak lurus ke Sudut
Ada gambar
Cahaya dapat digunakan untuk memperjelas elemen atau benda yang akan dijadikan aksentuasi. Misalkan bila ingin menonjolkan karakter batang pohon maka kita menempatkan sumber cahaya di bawah pohon dengan sinar ke arah batang dan dahan pohon dimaksud. Hal itu menimbulkan suasana romantis terhadap ruang di sekitarnya. Warna sinar akan membantu dalam menciptakan aksentuasi sesuai tujuan yang diinginkan.
Gambar 3.45a
Cahaya memperkuat aksentuasi terhadap elemen lansekap
Gambar 3.45b
Cahaya memperkuat aksentuasi terhadap elemen lansekap
Efek bayangan yang terjadi akibat sinar cahaya terhadap dinding akan memberikan kesan i mm. z yang atraktif. Bentuk bayang bayang dapat diatur dengan memindahkan sumber cahaya err s.dut tertentu.
Gambar 3.45c
Kesan visual yang atraktif terjadi karena penempatan sumber cahaya ke arah Binding melalui pepohonan
Gambar 3.45d
kesan visual yang atraktif terjadi karena penempatan sumber cahaya ke arah Binding melalui pepohonan
Gambar 3.45e
Penempatan sumber cahaya unfuk memberikan pengarahan terhadap jalan setapak
7. Musim (Seasons)
Musim mempengaruhi persepsi visual dalam kaftan dengan variasi warna di sekitar lingkungan kita. Di musim panas, warna cokelat kekeringan atau kuningnya rumput mendominasi pemandangan. Sebaliknya pada musim hujan, warna bunga dan kehijauan daun mendominasi di lingkungan kita dan membuat suasana menjadi berbeda.
Gambar 3.46
Musim hujan
Gambar 3.47
Musim panas
8. Gerakan (Motion)
Gerakan mempengaruhi persepsi kita dari detail. Ketika kita sedang bergerak, tekstur sulit untuk dibedakan, peninjau hanya bersandar pada warna dan bentuk untuk membantu Tengidentifikasikan sebuah objek.
Ketika kita dalam keadaan diam atau tidak bergerak, maka mata kita akan memperhatikan objek tersebut clan mengikuti gerakannya untuk mengetahui apa yang sedang bergerak.
Gerak lambat menarik perhatian kita kepada detail komposisi objek. Gerakan seperti halnya dengan semburan api clan aliran air, mempunyai kemampuan untuk Pnenarik perhatian kita dalam periode waktu yang singkat ataupun lama.
Gambar 3.47
Gerakan
Gambar 3.47
Gerakan air
Tidak ada komentar:
Posting Komentar